Connecting the Dots

Ir. Syamril saat memberikan materi

Pada acara Mabit Ashabul Qur’an dan Gerakan Subuh Jamaah Nasional kali ini menghadirkan Ir. Syamril, M.Pd sebagai pemateri untuk agenda malamnya. Beliau merupakan Koordinator Yayasan Kalla dan Kepala SDM Kalla Group.

Menurut pendapat beberapa teman saya, materi dengan tema “Menghidupkan Kembali Api Kepahlawanan Pemuda” ini cukup memberi banyak insight baru. Tapi bagi saya yang paling menarik adalah pada pernyataannya tentang visi. Visi adalah hal yang cukup krusial dalam upaya menghidupkan “api kepahlawanan” tersebut, jadi pembahasan visi adalah yang paling menarik.

Di salah satu bagiannya, beliau menganalogikan bagaimana seorang mahasiswa yang belajar tanpa tahu tujuan kedepannya seperti seorang atlet olimpiade yang berlatih tanpa tahu cabang apa yang akan ia ikuti. Ketika beliau menyampaikan sembari menggunakan slide presentasi, pikiran saya terbang mengingat pidato dari mantan CEO Apple Inc untuk wisudawan Stanford University pada tahun 2005.

Dalam pidato tersebut, menceritakan tiga cerita dalam hidupnya; tentang ‘Connecting the Dots’, ‘Love and Loss’, dan ‘Death’. Tiga kisah ini sangat inspiratif yang pembaca dapat saksikan di berbagai media. Hanya saja pada post kali ini saya akan mengambil sedikit bagian dari ‘Connecting the Dots’.

Sederhananya kisah ini tentang bagaimana kehidupan Steve Jobs darilahir dan diadopsi, kemudian sampai saat kuliah yang mana dibiayai oleh orang tua adopsinya. Setelah drop-out kelas normal, Ia mengambilkan kelas yang menurutnya menarik, salah satunya adalah kelas kaligrafi.

Di kelas tersebut ia mempelajari banyak hal mengenai tipografi, seperti tentang berbagai macam tipografi beserta historikalnya dan apa yang membuat tipografi menjadi hebat. Keindahan dari ini membuatnya tergugah. Namun ia menyadari bahwa semua ini (saat itu) tidak ada yang dapat berguna dan aplikatif dalam kehidupan.

Hal menarik terjadi saat Apple merancang komputer Macintosh pertama, yaitu sepuluh tahun setelah kelas kaligrafi tadi. Ia dan tim merancang Mac sampai pada detil tipografi teksnya sehingga menurutnya Mac adalah komputer pertama yang memiliki tipografi yang indah.

Steve Jobs dan Mac pertama pada 1984

Sepuluh tahun sejak ia menganggap bahwa apa yang ia ambil seperti tidak akan memiliki pengaruh bagi kehidupannya, barulah menjadi suatu inovasi penting dalam perkembangan teknologi; tipografi. Semua berawal dari keputusannya mengambil apa yang menurutnya menarik, walaupun ia tidak tahu bagaimana kedepannya.

Begitulah bagaimana ‘Connecting the Dots’ bekerja. Kita akan kesulitan atau bahkan tidak mungkin menghubungkan titik-titik dalam kehidupan kita dengan melihat kedepan, namun semuanya akan kelihatan jelas apabila kita melihat kebelakang dari 10 tahun atau 20 tahun kemudian.

Jadi, kembali pada pernyataan dari pembicara di awal. Sebagian dari kita merupakan mahasiswa yang cukup sering mengambil sesuatu yang ‘lebih menarik’ baginya, salah satunya juga adalah mata kuliah. Sayangnya tak sediit dari yang ‘lebih menarik’ tersebut dapat memberikan proyeksi bahagia kedepannya. Berkaca dari ‘Connecting the Dots’, kita tidak perlu risau dengan ketidakmampuan kita menghubungkan titik-titik tersebut, yang kita perlukan adalah percaya bahwa suatu saat hal-hal menarik ini dapat terhubung menjadi suatu yang hebat dan membawa perubahan.

Referensi:
Stanford News, ‘You’ve got to find what you love,’ Jobs Says, https://news.stanford.edu/2005/06/14/jobs-061505/

Sumber foto:
1. OA LINE Kaderisasi Salman
2. macworld.co.uk

nb: Post ini bertujuan untuk memenuhi tugas pra-mabit bagi beswan Mentor dan Asisten Dosen AAEI.

Leave a comment