Aah.. Mendekati akhir semester ganjil pertama ini yang kalimat di atas atau yang senada semakin sering terdengar. Mulai dari teman yang duduk di kursi sebelah ataupun yang duduk di kampus sebelah. Ada yang ngomong sambil ketawa, ada juga yang ngomong dengan penuh kesungguhan di dalam hati. Bagaimanapun ada satu yang ditangkap, “saya masih punya kesempatan”.
Sebelum melangkah lebih jauh, penulis ingin menegaskan bahwa tulisan kali ini bukan berarti saya tidak setuju dengan orang yang memilih untuk berjuang lagi demi masuk perguruan tinggi (lagi). Setiap kali sampai kalimat di atas kepada saya, saya menjawab: “masih ada waktu untuk berpikir, bro“. Yah sepertinya itulah jawaban yang lumayan tepat karena tidak ada hak saya untuk mendukung apalagi melarang, karena kita dalam kondisi yang berbeda. Berbeda.
Bisa saja kondisi menjadi terbalik jika penulis tidak dimudahkan oleh Allah sampai di kampus ini, bisa saja. Namun saya mencoba mengambil langkah yang cukup aman ketika dahulu, yakni tidak terlalu menginginkan “kedai kopinya” tetapi tentang “kopi” yang bisa dijual di banyak kedai. Tetapi sekali lagi, kondisi bisa saja terbalik. Oleh karena itu, “masih ada waktu untuk berpikir, bro” saya pilih sebagai respon saya terhadap kalimat paling atas.
![]() |
sumber: noufaldiary.blogspot.com |
Mungkin ada yang mulai berpikiran kalau saya bakal membahas seperti yang kembali marak di media sosial: “TIPS SUKSES MEMILIH JURUSAN”, “5 CARA JITU LOLOS SNMPTN”, ataupun “CARA LOLOS SBMPTN DENGAN TUTUP MATA” (yang terakhir itu tidak ada). Bukan. Kali ini kita mencoba mengulasnya dengan kata Load Game. -“wah, udah lama gak posting apa-apa, Iqbal ternyata main game”-. Eits..
![]() |
Hasil screenshoot langsung dari film ‘Edge of Tomorrow’ |
Dua kasus ini (game PS2 dan film Edge Of Tomorrow) punya satu ide yang sama: Load Game dengan cara yang berbeda. Ide ini juga yang sempat terlintas ketika masa-masa sulit (baca: peralihan dari tidak lolos SNMPTN ke persiapan SBMPTN). Seandainya kita benar-benar bisa load game bisa saja saya tidak perlu susah-susah untuk tes dan menikmati libur panjang, tinggal cari saja peluang yang lebih besar. Jika gagal lagi? Load game lagi.
Untung saja saya masih waras dan tidak memikirkan ini berlarut-larut. Bagaimanapun SNMPTN hanya sekali, tidak mungkin memberikan kesempatan kedua. Tetapi SBMPTN dan ujian-ujian mandiri perguruan tinggi memberikan kesempatan itu, kesempatan kedua. Nah, karena kesempatan kedua itulah saya ingin menulis postingan kali ini.
Banyak penyebab yang mungkin membuat rekan-rekan kita berminat untuk menggunakan kesempatan kedua (atau ketiga) ini; bisa karena belum move on dari perguruan tinggi/ jurusan idaman dahulu, atau karena jatuh cinta pada perguruan tinggi / jurusan lain. Jika load game itu benar-benar ada, maka itulah solusi paling efektif untuk masalah ini.
1. Tekan tombol power (setelah mati maka mesin mesin akan hidup lagi)
2. Lalu load saat sebelum kekalahan penting tadi
3. Usaha semaksimal mungkin
Sederhana, tetapi.. SADAR WOY! Kita tidak di San Andreas-nya GTA sehingga bisa cabut saja listriknya atau kita saya bukanlah Tome Cruise sehingga lebih baik mati agar hidup dari awal lagi. Bukan. Oleh karena itu pasti kita harus mempertimbangkan ajakan “masih ada waktu untuk berpikir, bro” tadi. Banyak yang harus kita pertimbangkan, tidak sesempit masalah lolos atau tidaknya kita pada kesempatan kedua (atau ketiga) ini. Mulai dari niat sampai kemungkinan yang bakal terjadi setelah -seandainya- lolos. Berikut penulis coba mengulas satu-satu (secara ringan) beberapa hal yang bisa dipertimbangkan menurut penulis dan dari survey mendadak kepada teman-teman K-04 FMIPA. Cekidot.
- Niat
Dalam hal apapun niatlah yang paling penting. “Innamal a’malu binniyat”. Potongan hadits yang menjadi hadits pertama dalam shahih Imam Bukhari ini sudah cukup menggambarkan peran niat dalam setiap hal. Apalagi dalam mengambil kesempatan kedua ini. Mungkin sah-sah saja niatnya apapun, namun masalahnya jika niatnya hanya untuk “main-main” saja atau ingin “uji kemampuan” di SBMPTN atau tes mandiri. Bray, di luar sana banyak adik-adik atau rekan-rekanmu yang ingin ikut menikmati kuliah sehingga harus mempersiapkan diri sungguh-sungguh, sedangkan kamu hadir sebagai pengecil kesempatannya lolos. Syukur-syukur yang coba-coba ini tidak lolos, jika lolos maka akan lebih berbahaya. “Innamal a’malu binniyat” - Biaya
Setelah niat, saya langsung loncat ke masalah biaya. Biaya disini tidak terbatas biaya Rp. 100.000 untuk pendaftaran SBMPTN atau tes mandiri saja, tetapi biaya ketika kita masuk yang tentunya bukan jumlah yang kecil. - Waktu (dari Firman Wahyudi)
Satu tahun bagi kita bukan waktu yang sebentar, bro. Terkhusus untuk jurusan yang memang butuh waktu yang agak lama, ini benar-benar harus jadi bahan petimbangan. Banyak hal yang bisa-bisa saja ikut terkorbankan karena waktu ini, salah satunya adalah poin di bawah. - Cewek yang diincar keburu nikah (dari M. Rizki Fadillah)
Untuk bagian ini saya belum paham. Maaf, bro. Tapi pasti ada benarnya. - Teman dan lingkungan yang berubah (dari Abiyoga)
Ketika kita menjadi salah satu mahasiswa di suatu perguruan tinggi, kita tentunya perlu beradaptasi dengan teman-teman yang baru. Hal ini bagi sebagian orang bukanlah hal yang mudah. Namun jika ditinggalkan malah akan lebih berbahaya, sehingga mau tidak mau beradaptasi ke lingkungan baru menjadi kewajiban. Nah, bagaimana jika masuk lagi, tentunya adaptasi lagi. Bagi yang mudah untuk beradaptasi ini tidak menjadi persoalan, nah bagi kita susah (banget) akan menjadi problem besar. - Ingat nasib adikmu! (dari Zulfikar ‘Enji’)
Sekarang kita berbicara masalah perasaan, bray. Ini serius, ini tentang orang-orang yang udah berbahagia hampir sama bahagianya dengan kita yang lolos ke perguruan tinggi ini. Mereka yang sudah menancapkan harapan di dalam hati bahwa kesempatan lolos menjadi mungkin sejak kamu lolos. Coba bayangkan jika kita tes lagi, dan bayangkan apa yang dirasakan adik-adik itu. Ceritakan pada saya.. Kalau masalah perasaan masih lumayan, kita hanya mengurangi motivasinya. Bagaimana jika kita juga merusak secara teknis? Apa yang disebut orang sebagai blacklist bisa-bisa saja terjadi. Ini baru fatal. - Jatuh cinta pada jurusan lain lagi
Sekarang kita berbicara masalah perasaan lagi, bray. Saat ini kita memutuskan untuk tes lagi di jurusan lain bisa saja karena kita baru saja jatuh cinta pada jurusan baru tersebut. Mungkin karena jurusan tersebut lebih baik dari jurusan sekarang, atau mungkin karena alasan-alasan yang tidak bisa dijelaskan. Yah namanya saja jatuh cinta, alasan kadang bisa diabaikan.
Dari sana kita bisa menyimpulkan bahwa jatuh cinta pada suatu jurusan bukan hal yang terbatas untuk sekali atau dua kali saja, kan? Dengan kata lain, jika kita memenuhi hasrat untuk memakai kesempatan ini, kita sama saja membuka peluang untuk jatuh cinta lagi di tahun berikutnya. Apakah ada jaminan untuk tidak jatuh cinta lagi?Mungkin ada yang bakal menyanggah pernyataan di atas dengan lirik lagu Sheila On 7:
“Mudah saja bagimu.. Mudah saja untukmu.. Andai saja.. Cintamu seperti cintaku..”Mohon maaf, jawabanku: “Tolonglah..”
Baik, sebagai penutup saya ingin membantu dengan memberikan satu solusi bagi yang berubah pikiran, tidak jadi tes lagi. Intinya berawal dari poin ke-7 di atas. Belajar dari guru kita, Salim A. Fillah, dalam bukunya Jalan Cinta Para Pejuang ia menekankan pentingnya mengubah makna dari jatuh cinta menjadi bangun cinta. Mari kita tengok ke belakang, mungkin jurusan yang telah kita jalani ini dahulu adalah produk dari jatuh cinta kita. Seperti penjelan di poin ke-7, ini memungkinkan kita untuk jatuh cinta lagi dan lagi. Kemungkinan kita untuk jatuh cinta pada suatu jurusan ini tidak sebanding dengan batas maksimum tes SBMPTN (3 kali), belum lagi mempertimbangkan banyak hal lain.
Sekali lagi tengok ke belakang, kita gunakan solusi yang diberikan Ustad Salim: Mari bangun cinta! Mari kita membangun cinta di jurusan kita yang sekarang. Temukan titik-titik keindahan di jurusan ini yang membuat kita semakin ingin membangun cinta. Niatkan karena Allah ta’ala, maka usaha kita untuk bangun cinta ini bisa menjadi ungkapan syukur atas kemudahan yang diberikan oleh Allah sehingga bisa duduk di kampus ini dan syukur atas segala nikmat-Nya. “Masih ada waktu untuk berpikir, masih ada waktu untuk bangun cinta, bro.”
“Masih ada waktu untuk bangun cinta”
Mari cintai Purcell hehe
*Purcell dan Salim kalau digabunging leh uga wkwk
LikeLike
Gimana nih bal, saya bener bener salah jurusan…………
LikeLike
You got it! Hahaha.. Membangun cinta terhadap kalkulus? Leh uga..
LikeLike
“salah jurusan” memang dilema yang akan dirasakan mahasiswa smester satu atau bisa kita sebut mahasiswa tingkat awal. Dilema klasik. Tapi percayalah stelah melewati semester dilema ini kalian akan naik beberapa tingkat ke tahap dilema ini mulai berkurang karna kalian akan melihat bahwa “salah jurusan” menjadi “gue banget” trust me. Itu hanya masalah waktu yang belum mempertemukan kalian dengan “tidak ada ilmu yang sia sia”
LikeLike
Yang titik itu puny visi bal, baru di edit blognya pake nama asli hehe 🙂
LikeLike
Witing tresno jalaran soko kulino, witing mulyo jalaran wani rekoso. Cinta tumbuh karena terbiasa, kemuliaan didapat karena berani berusaha. Mau dijlanjutkan dengan tetap atau dilanjutkan dengan mengulang semuanya akan menemukan cintanya tersendiri. Karena toh perasaan cinta hanya butuh pembiasaan dan upaya membiasakan diri. #EeaaakK
LikeLike
Gilang.. Saya sekali lagi menjawab seperti tulisan di atas: “Masih ada waktu untuk berpikir. Masih ada waktu untuk bangun cinta, Gilang!”
Tapi referensi dari senior kita di bawah ini cukup jelas.. yuk disimak!
LikeLike
Ora iso komen pie toh?
LikeLike
Yeah! Ketika pengalaman berbicara.. Yah, saya percaya itu.. Seperti kata saudara Kukur di bawah: “Witing tresno jalaran soko kulino”, ini cuma masalah waktu. Tapi jika hanya menunggu, kita akan mulai cintanya pada waktu tersebut yang pastinya lama. Nah, sebaiknya mari BANGUN CINTA !
Terimakasih, Kak Visi!
LikeLike
Lah? Komen iki iso..(maksudnya: komentar ini bisa)
LikeLike
Hai, Dig!!
LikeLike
That's the point, bro! Sejujurnya saya lebih tertarik dengan kata “upaya membiasakan diri”. Upaya ini jika dikaitkan lagi dengan buku Jalan Cinta Para Pejuang, bisa dikatakan sebagai upaya BANGUN CINTA.
LikeLike
Wes gendeng. Iki ngomong opo?
LikeLike
Maaf, saya gak bisa melanjutkan bahasa jawanya.. hehehe
LikeLike
tak kandani ora percoyo….
LikeLike
ajining diri dumunung ana ing lathi. aja dumeh wong gedhe,
LikeLike
Asu rebutan balung ah -,-
LikeLike
Gusti iku sambaten naliko sira lagi nandhang kasangsaran. Gusti iku dumunung ana atining manungsa kang becik, gusti Allah ora sare. Ketemu Gusti iku lamun sira tansah eling.
LikeLike
that's the point Bro. cari sesuatu yang menarik dari jurusan yang kita tekuni,semua jurusan punya tantangannya masing-masing.
LikeLike
Yap.. Atau mungkin kita lupa dengan tantangan apa yang dulu kita cari sehingga mencantumkan jurusan tersebut di salah satu pilihan kita.
LikeLike
Mantab broo, lanjutkaan……
LikeLike
Makasih, bro.. InsyaAllah lanjutkan…!
LikeLike